SUATU HARI....,
Suatu hari nanti jika Tuhan mengijinkanku tetap hidup, Aku ingin duduk bersandar di sebuah kursi kayu yang sudah tua. Mencium aroma embun yang baru saja memandikan rerumputan. Aku menyaksikan mentari berbaring di atas awan saat pagi masih muda. Aku duduk menyerumput secangkir kopi, yang rasanya penuh sensasi.
Menatap pengunungan yang berdiri tegap, mengenakan pohon-pohon yang masih perawan. Suatu hari nanti aku akan hidup dalam kedamian , dimana alam selalu mendendangkan gemesik ketenangan penghangat jiwa.
Tuhan suatu hari nanti, buka kan lah jalan itu, jalan dimana aku bisa menyatu dengan alam. Saat senja, aku turun dari bukit-bukit itu dengan keringat yang mengolesi kulitku. Aku bisa melihat mentari kembali ke sarangnya, tenggelam di balik pengununganSaat malam aku bersulang dalam kesunyian, jangkrik berdendang dan alam berkumandang, menggoda dedaunan untuk menari erotis. Rembulan berparas purnama menyoroti kegelapan yang bersembunyi di balik semak malam. Aku ingin kembali ke zaman dimana aku bisa terbang berlayar mengarungi gelombang kehidupan dengan sederhana tanpa basa-basi dan sandiwara. Melangkah dengan lepas menuju gurun rerumputan dan angin bermusafir
Tuhan, aku ingin menyapa alam setiap saat, merangkul keindahan tubuhnya yang hangat, merajut damai sebelum hidup berakhir.
No comments
Post a Comment