REFLEKSI ULANG TAHUN

No comments
You're Not the same
ULANG TAHUN. Dua kata ini sering kita jumpai dalam pergaulan sosial dengan kerabat, teman atau bersama anak-anak kita. Ya, Ulang Tahun telah menjadi budaya dalam keseharian banyak kalangan, bahkan organisasi pun merayakan ulang tahun. Kalau pada organisasi Islam lebih identik dengan pemakaian kata MILAD.

Pada segelintir orang pecinta hewan tidak jarang pula kita dengar, si Anu merayakan Ulang Tahun monyetnya, atau..Si Fulan mengulangtahunkan kucingnya. Sepintas bagi kita yang mendengarnya seperti hal yang mengada-ada. Tapi...inilah DUNIA. Tempat dimana setiap peribadi dapat menjalani dan memaknai hidupnya sesuai kata hati dan fikirannya.

Jika ditelisik secara mendalam, penggunaan kata Ulang dan Tahun dalam memaknai pertambahan usia seseorang nampaknya juga merupakan sebuah kerancuan. Karena jika Ulang Tahun kita artikan maka maknanya menjadi "Mengulang Tahun.......". Perlu dipertanyakan kepada si Anu yang merayakan ulang tahun, tahun yang mana pada umurnya yang akan dia ulang?...Sementara kita semua pasti sepakat bahwa tahun tidak mungkin dapat kita ulang. Jangankan tahun, detik yang berlalu pun tidak mungkin kita ulang kembali!!!.

Terlepas dari kerancuan makna dari dua kata tersebut, sepatutnya kita menjadikan tahun yang berlalu dari usia kita menjadi bahan introspeksi dan refleksi diri atas berkurangnya usia. Bertambahnya umur dan berkurangnya usia haruslah kita jadikan sebagai neraca mengukur kualitas diri. Moment peringatan tanggal kelahiran bukanlah momen hura-hura. Moment peringatan kelahiran adalah moment evaluasi kualitas kemanfaatan. Umar bin Khatab pernah mengingatkan, “hasibuu qabla an tuhaasabu”, hitunglah (amal perbuatan/ibadah) dirimu sebelum tuhan (Allah Swt) yang menghitungnya. Ralph Waldo Emerson (1803 – 1882) penulis Amerika  menulis, “It is not the length of life, but the depth of life” yang berarti hidup ini bukan persoalan berapa lama, tetapi berapa dalam. Kata-kata itu memang sungguh memiliki arti yang mendalam. Kedalaman hidup itu terwujud ketika ketika hidup kita memberi  kontribusi nyata bagi  “dunia” disekitar kita.

Jika kita "mau" jujur menghitung amal perbuatan kita masing-masing, mungkin kebaikannya hanya sekian detik atau paling tinggi hanya ukuran jam. Karenanya, "mumpung" sang Penguasa Waktu masih memberikan kita waktu, gunakan tiap detiknya untuk kemaslahatan. “Vivat ad multos annos, ad summam senectutem”, semoga usia yang dipanjangkan memberikan manfaat sampai akhir.

wassalam.

Edy Tarigan, /merenungi hari kelahiran

No comments

Post a Comment